Minggu, 08 April 2012

Ekaristie & Visum et reperrtum

Inti dari kehidupan ini adalah perubahan, terkadang orang mengatakannya dengan people change ! Itulah ungkapan secara umum untuk menggambarkan bahwa manusia itu selalu berubah-ubah. Apapun perubahan itu, selalu identik dengan "Sang waktu" ! Makanya tidak ada nilai mutlak selain dimensi universal sang waktu yang mengandung perubahan itu sendiri, serta tidak ada yang universal yang tidak bersifat Sprirituil/ ketuhanan.

Pantai Rei ! Seru orang yunani kuno untuk menyatakan sesuatu yang mengalir seperti waktu. Itulah mengapa sungai Nil di India sudah keramat sejak dulu sebagai simbol "mengalir"nya sang waktu. Agama sekalipun tak sanggup menghentikan gerak alami tersebut, tetapi kita semua berada dalam satu kesimpulan yang sama: "Yaitu kita dapat mempengaruhi arah perubahan serta memperkecil akibatnya." Kata Frans Magnis Suseno dalam buku "Moral & Kekuasaan."

Maka dikenallah pertama "alam pikir Mistis" untuk zaman bahuleah dulu, kemudian "alam pikir Ontologis" di mana manusia ingin bebas meneliti segala hal ikhwal. Tahap berikutnya adalah "alam pikir Fungsionil" yaitu manusia tidak lagi terpesona dengan mistisisme, tidak lagi dengan kepala dingin- mengambil jarak- dengan objeck penelitian ontologisnya. Namun Ia lebih bersifat menyatakan suatu "hubungan timbal balik ataupun Transformasi antara dua kutub, dunia dan manusia.

Tahapan alam pikir Fungsionil ini tidak dapat berdiri sendiri, demikian pula menurut Van Peursen melalui bukunya "Strategi Kebudayaan". Namun hubungan fungsionil ini dapat juga terjadi antar paruh waktu, yaitu antara sejak "berdirinya awal tahun" dengan masa kini. Yakni saat "Perjamuan terakhir" berawal dengan kesuyataan kita di saat ini.

                                                  HASIL OUTOPSI  PERTAMA
Waktu semata-mata hanyalah kenangan sebagai yang kemaren dalam hubungannya dengan hari ini, yang membentuk hari esok. Sementara hidup kita terdiri dari dorongan waktu yang tak berkesudahan, yang mana sebenarnya hanya dibatasi oleh didinding imajiner untuk pengertian hari lalu dan esok. Tetapi aktualita dari kesadaran itu adalah saat ini ! Sama halnya dengan perasaan bahagia, abadi, semedi, kesunyataan maupun ekstasi yang tepat dan selalu berada pada zona saat ini, Transendental, yakni keadaan dimana kita tidak lagi terbelenggu oleh trilogi aristoteles, ruang, waktu dan tempat, Tidak ada lagi dualisme waktu !

Sayangnya kondisi dalam masyarakat kita sama sekali tidak mendukung untuk 'pertemuan metafisik" tersebut, akibat dari cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi. Bahkan usaha arief & bijaksana untuk mengkritisi diri sendiri melalui berbagai drama penangkapan oleh KPKterhadap banyaknya korupsi di tingkat atas dan bawah tak menyurutkan moral para wakil kita sendiri. Di katakan oleh Van Peursen kembali; "Manusia sudah menjadi asing terhadap dirinya sendiri dan tidak dapat kembali lagi menemukan dirinya sendiri ! atau seperti di katakan Alan Lightman dalam buku "Mimpi-mimpi Einstein"; " Ini semua apa dikarenakan Sang Waktu yang hanya berputar mengulang-ulang sejarah kembali atau karena kita selalu berubah-ubah akan tetapi tetap saja jalan di tempat, sehingga mudah lupa pada sejarah gelap manusia.  Karena memang dalam dunia seperti itu mamang tidak ada hubungan sebab akibatnya !"

                                                       HASIL OUTOPSI KEDUA
Kembali kepada suatu peristiwa besar- seperti 2012 tahun yang lalu- dimana Yudas Iskariot mengawali "Sakralisme Perjamuan Terakhir" serta mengakhiri "Penghianatannya" dengan mana terpenuhinya semua "ramalan" yang keluar lewat mulut Yesus sendiri. Demikianlah " Ia " menjadi injil yang hidup.

Ada banyak tokoh Yahudi lainnya yang terkenal di dunia ini seperti; kisah Samson, Issac Newton, Charles Darwin, Einstein, Sigmund Freud, dll. Tapi tidak seorangpun yang antagonis seperti Yudas Iskariot ! Ia seolah menjadi manusia abad kini lengkap dengan segala alinasi dan galaunya. Perbuatan buruk Yudas Iskariot ini apapun alasannya sudah terkuak saat perjamuan terakhir mengambil tempat dalam sejarah relegi kita. Moment berjudul "The Last Supper" itulah yang juga mengilhami Leonardo Da Vinci dalam lukisan Fresco terkenalnya di tembok sebuah gereja tua di Italy.
Demikian dahsyatnya, makna detik-detik "Perjamuan Terakhir" itu ketika berlangsung, hingga menjadi identitas agama Katholik dalam setiap misa.Berbalut dramaturgie klasik serta alunan nada pentatonik, "Ekaristi" menjadi satu-satunya media penghubung (Mystis access) antara Jesus saat itu dengan kita di sini,sekarang.

Banyak benefit dapat lahit dari mistis acess tersebut karena bersifat multy dimensional, bahkan hal-hal yang mustahil sekalipun. Rupanya kedisiplinan menjalankan rituil suci itulah yang memungkinkan kita menggunakan kekuatan Ilahi untuk menghadapi realita sosial keseharian serta segala efek negatifnya.

Digaris depan, adalah tanggungjawab kita semua untuk terlibat perubahan-perubahan yang terjadi, ini bukan monopoli segelintir orang saja.

                                                     HASIL OUTOPSI KE TIGA
Bukan kebetulan semata, membuat moment perjamuan terakhir terpilih menjadi "Roh" dari Katholik (Dalam ucapan: Kenanglah Aku dengan merayakan peristiwa ini !)
Ada lainnya juga yang penting dalam kejadian ketika itu, seperti inilah waktu terakhir kalinya bagi Yesus berkumpul bersama muridnya di dunia ini, lalu gonjangan jiwa para muridnya serta "itulah" cikal bakal lahirnya hitungan Tahun Masehi di dunia ini hingga sekarang, selain kisah mistery "Cawan Suci".
Yesuspun mengutarakan keinginanNya, agar kita saling mengasihi sesamanya, seperti saat Ia masih hidup, kini- selalu dan sepanjang segala abad.
Diawal perjamuan terakhirNya itu, Yesus sebagai tokoh sentral ternyata tetap rendah hati, terbukti dengan membasuh kaki & tangan para murid. Meskipun proses membasuh itu mengundang perbedaan pendapat diantara mereka sendiri, bahkan ada penghianatan yang sudah Yesus ketahui sekalipun, tetap saja Ia memberi sedikit dari "Tubuh & DarahNya" kepada para murid di sana dan kita di sini.

Sebelum Yesus berpisah secara fisik dengan semua pengikutnya, Ia telah menancapkan dengan sangat yakin, proses Ekaristi Transendental ataupun saluran energi maha dahsyatNya yang berlanjut 'bak tongkat estafet hingga detik ini,agar dapat tetap berhubungan dengan siapun tanpa ada batasnya lagi.

Bahwasannya perpisah secara fisik dengan Jesus, tidak pernah kita inginkan. Hubungan sakral itu kini dapat terjalin kembali begitu saja dan kitapun dapat merasakannya dengan segenap indera kita, bahwa "Ia" sudah ada di sini, depan mata kita .Ketika semua kita berbaris untuk mengusung kesaktian dari transformasi ekaristi, kedalam tubuh & jiwa kita.

Sejak itu perjamuan terakhir selalu dikenang, menembus dinding rumah & kantor kita setiap hari, setiap minggu membangkitkan mereka yang tertidur pulas. "Karena sebelum ayam berkokok dua kali esok pagi- Engkau telah menyangkal Aku untuk yang ketiga kalinya !"


.............................................................................*.%%*.........................................................................